Memakna Relief Kehidupan #3

Jumat, 06 September 2013
SETAPAK RAMADHAN
Kampung Ramadhan Jogokaryan

Alhamdulillah, acara jualan ramadhan selesai. jangan ditanya seberapa banyak hikmah dan manfaat yang bisa aku dapat. Salah satunya aku suka memperhatikan sitiap orang yang datang ke pasar sore dikampung ramadhan itu. Ada yang jalan – jalan sambil narsis. Keliatan dari dandannya yang super heboh, cara jalannya yang,,, aduh aku ga enak nyebutnya - kemayu. Lenggak lenggok kayak dichatwalk. Narsis juga terbagi –bagi, ada yang narsis sambil bawa camera. Cameranya sih keren tapi caranya motret keliatan banget kalau lagi narsis. Adajuga yang cari berita. Biasanya yang datang dari siaran TV local jogja, TVRI, jogjaTV atau ADItv. Setahuku sih mereka itu aja yang aku lihat. Trus ada juga yang datang sekalian mesra –mesraan. Udah lah, kalau kalian lagi kasmaran ya ga perlu juga kali naik motor sambil pelukan ditempat yang bahkan jalan aja harus sejengkal demi sejengkal. Sekalipun kalian pasangan suami istri tetap aja aku ga suka. Maaf, risih liatnya.

Yang niatnya ibadah juga ada, sambil cari takjil sambil ke Masjis. Apa kebalik ya, kemasjid sambil takjil apa takjil sambil kemasjid? Ah, ya sudahlah yang jelas dia jalan ke masjid. Yang datang cari diskonan juga ada. Belinya pas lagi kita pada beres2. Yang rempongers juga ada. Belinya wehhh,,, segamreng. Mungkin dari ujung ke ujung dibelinya. Bisa juga sih karena banyak titipan. Whatever the reason, the important thing is my selling out. Ehhehe,,,


Berkahnya banyak. Urusan buka dijamin gratis, pasalnya masjid jogokaryan menyediakan buka seribu piring setiap hari. Kita juga sempat dapet gratis cendol mr geboy. Mantabbbb,,, belum selesai berkahnya, takoyaki yang satu bungkusnya sepuluh ribu rupiah. Kita ga usah ngeluarin kocek. Sering banget abang takoyaki samping jualan kita ngasih gratisannn. Asyikkk.

Disana ga cuma berkah urusan perut pemirsa. berkah ilmunya juga dapet. Setiap sore kajian di masjid jogokaryan soundnya nyampe tempat jualan kita. jadi jualan tetep dapet ilmu. Fiuhhhh,,, serunya bukan main. Harus menyiapkan lis belanja, pergi ke pasar giwangan buat beli semua kebutuhan lish, meracik, masak nyiapin alat – alat sampai akhirnya siap buat dipasarkan. Yah,,, belajar berdagang, belajar berkeringat cari uang sendiri. 

Setiap datangnya ramadhan meninggalkan cerita menarik dari tahun ketahun. Tahun ini menjadi buku kenangan tersendiri dan tentu ga akan terlupa. Ucapan termakasih saya haturkan untuk patner terbaik saya selama jualan dikampung ramadhan. teteh Dessy beserta adik kesil kami Enchun. Terimakasih kawan. 

Mengumpulkan uang itu tidak semudah membalikan tangan saudara. Kalau diingat sudah berapa banyak ya, uang yang sudah aku habiskan cuma untuk kuliah aja. Betapa banyaknya yang sudah aku keluarkan yang mungkin hanya untuk hang out kesana – kesini, beli barang yang belum tentu kebutuhan mendesak, belanja yang mungkin hanya hasrat keinginan belaka. Memang apa yang salah, toh itu uang kita, ibu kita juga ga protes to,,,

Hemmm,,, hanya saja kita kadang alpa untuk menyisihkan sedikit saja untuk berinfak. Kita kadang lupa bahwa disekitar kita masih banyak yang harus dibantu dan kita diam saja. Kadang kita masih mengeluh kurang ini itu padahal kita tahu bahwa kita masih sangat beruntung dibanding mereka yang masih harus menjajakan Koran atau barang plastic bekas di bak bak sampah hanya untuk sedikit mengganjal perut mereka. Apa kita menyadari hal itu????

Maaf kan kami ya rabb, jika harta dan perniagaan yang kami miliki belum sepenuhnya kami serahkan kepada mu. Jika dunia masih menjadi prioritas yang kami utamakan dari pada Engkau. Ampuni kami, jika dalam hati ini masih memiliki keangkuhan, kesombangan, rasa berbangga hati, iri dengan orang lain dan lalai akan Engkau. Duh rabby, ampuni kami jika mata, tangan, kaki, bibir, telinga belum terpaut kepada Mu.
Bukakanlah pintu maafMu dengan kagungan dan kuasamu, bersihkan hari kami dari segala penyakit hati yang mungkin masih merada di hati kami. Sesungguhnya kami tahu engkau maha pemaaf atas segala kesalahan dan kelalaian kami.


Ramadhan diibaratkan sebagai burning tub untuk penyiapkan kita kepada bulan - bulan berikutnya. Sesungguhnya yang kita lakukan hanyalah untuk menyiapakan diri menuju bulan ramadhan berikutnya. 

0 komentar:

Posting Komentar