Sepasang Mata Ruji

Rabu, 19 Juni 2013

Terimakasih dengan pembicaraan malam ini. Maaf ya, ternyata aku banyak lubang, tidak sesempurna yang dirimu kira. Kamu mungkin kecewa, tersinggung, marah, kesal. Birakan itu keluar, meledak, meluap – luap, jangan terlalu lama, biarkan dia menguap, hilang. Kawan, aku tidak mungkin membencimu setelah banyak kebaikan yang kamu persembahkan buatku. Setelah banyak cerita tentang kebersamaan kita. Setelah banyak waktu yang kita lalui. Apalagi berfikiran balas dendam.

Maaf kalau aku kadang telat balas pesan –pesan yang mungkin sedang kamu tunggu, dan bahkan aku lupa untuk membalas pesan mu. Sampai kamu harus berulang kali mengirimi aku pesan yang sama. Kamu bilang aku terlalu cuek, tapi yakinlah aku tidak melupakankanmu kawan.  Buktinya, aku mau memenuhi undanganmu malam ini. Hanya saja, kadang aku ga bisa bilang apa – apa kalau undah ketemu, padahal sudah ada banyak hal yang terancang untuk diungkapkan. Makanya aku lebih suka balas lewat sms. Maaf ya.


Aku masih ingat, pertama aku liat dirimu dikosku. Dan entah kejadian apa, akhirnya allah memperkenalkan kita. Hingga akhirnya dirimu bisa cerita dan kita punya cerita. Dirimu memasuki duniaku dengan baik, tapi maaf ternyata aku belum bisa memasuki duniamu. Kamu tanya kenapa? Jawabannya sudah aku jelaskan malam ini. Aku hanya ingin kita yang sederhana. Berteman dengan sederhana. Menjadi pengingat dengan cara yang sederhana. Tidak, aku tidak mungkin memintamu seketika ini juga. Kan bukan superman atau poweranges to. Pelan –pelan, berproses saja. Masih canggung ya. Gapapa, yang penting nikmati prosesnya. Kalau dirimu bisa masuk duniaku, mesti kamu bisa menjalani proses ini. J

Kata ustad Salim, semakin kita dekat dan mengenal manusia semakin banyak kita lihat compang –camping disana – sini. Itulah bedanya kita dengan Nabiallah Muhammad, semakin kita mengenal beliau semakin nampak kesempurnaan yang kita dapatkan.

Kawan, ga usah risau. Ini ga ada kaitannya dengan masalah kepercayaan. Hanya sikap saja. Aku masih percaya dirimu. Kalau rasa – rasanya beban masih berat banget. Coba yuk tengok seberapa dekat kita dengan Allah. Aku pernah baca, diblognya inspirator (hehehe). Katanya itu gini. “Kalau kita merasa futur, tanyakanlah seberapa dekat kita dengan Tuhan.” Mungkin ada semacam garis sinergisitas kali ya.

Eh, eh. Sekali lagi, terimakasih ya. Acara makan berdua malam ini sempurna menyenangkan. Janggungnya enak, ditambah coklat panas yang cukup memaniskan suasana. Semalem dirimu nginap di Tazki to. Kalimat terakhir aku persembahkan dari sang inspirator buat mu. Semoga kita bisa sedari nol lagi.

Bismika ya Allah, izinkan hamba merestart semua. Semua hidup hamba. Kembali sedari nol. Nol seperti dulu. Ya Allah, bantu hamba untuk merestart semua. Semua hidup hamba. Kembali sedari nol. Nol seperti dulu. Ya Allah, jaga hamba dalam merestart semua. Semua hidup hamba. Kembali sedari nol. Nol seperti dulu. Ya Allah, istiqamahkan hamba selepas merestart semua. Semua hidup hamba. Kembali sedari nol. Nol seperti dulu.
Setelah semuanya, hidupkan dan matikan hamba bersama-Mu.

6 komentar:

Phinotcious mengatakan...

Yg msh mngganjal,, mang'a slma ni tuh kita ngpain e?
Mpe kita harus menyederhanakan.... wkwkwkwkkw

halamannya mbak kiki mengatakan...

wkwkwkwk,, ya gitu dehhh....

Phinotcious mengatakan...

Tuh kan... kakak curang....

mr.bolang (bondy magelang) mengatakan...

kembali ke nol...emang bisa ya?...

mr.bolang (bondy magelang) mengatakan...

emang bisa ya kembali ke nol?

halamannya mbak kiki mengatakan...

bisa dong,,, liat aja di TV kl abis lebaran "semoga kita kembali bersih kepada yang fitri"
dari nol to...

Posting Komentar