Memakna Relief kehidupan #2

Kamis, 05 September 2013
Pengakuan II
LAKON KAKAK

Menjadi lakon yang mengaktingkan seorang tokoh nyatanya bukan pekerjaan yang mudah. Penjiwaan adalah kemelekatan yang harus dimiliki seorang tokoh terhadap peran yang dimainkan. Peran utama, peran antagonis, tirtagonis peran pembantu semuanya penting dan saling terkait. Tidak boleh merasa lebih apalagi rendah diri.

Setidaknya sebulan juga aku memerankan tugas sebagai lakon kakak. Tidak perlu banyak referensi karena sesungguhnya aku sudah menjadi kakak. Ini karena dua adikku akan melanjutkan sekolah selepas SMA. Satunya sebetulnya sepupu. Meski begitu lengketnya bukan main. Mungkin karena adekku anak laki –laki satu- satunya dirumah, jadi bisa sangat akrab. Musim libur panjang adalah ajang untuk dunia mereka. Selesai UAN langsung ke jogja untuk dicarikan les. Itu artinya siap antar jemput dalam waktu lumayan menyita.
Menjemput ke terminal. Nitipin ke tempat temen untuk sementara waktu. Antar ke tempat les. Bawain makan. Ngantarin obat pas tiba – tiba sakit. Sms mengingatkan udah ngerjain tugas belum. Dan tentu saja, menanyakan hal krusial yaitu keuangan.Aku namakan itu sebagai "janji kakak".


Setelah selesai semuanya. Aku masih ingat hari terkhir aku mengantarnya kembali pulang ke cilacap. Ada rasa kengen antar jemput, sibuk – sibuk kesana kemari hanya buat sang adek. Jadi orang yang paling perhatian, jadi yang pertama tahu kebutuhannya, jadi yang pertama tahu keluh kesahnya, jadi orang yang siap menemani kemana pergi, jadi orang yang pertama ngajak jalan – jalan dan cerita banyak hal. Dan jadi yang pertama tahu doi lagi suka sama siapa. HA HA HA. Ini adalah infestigasi panjang yang cukup merepotkan, hasilnya, sukses. Prok prok prok.

Ada semacam kedekatan yang kembali terikat kuat. Dibalik kejahilannya yang kadang bikin kesel, dia juga memiliki sisi yang sangat pengertian. Rela jalan dari halteke kos karena aku masih ngasisten dan ga bisa ijin keluar. Tiba – tiba traktir kita pas makan bareng. Rela ngasihin HPnya ke sang kakak  Telisik punya telisik karenaa dia emang udah dapet HP yang baru. Yang ini coret dari peredarann. Srrett.

Peranku tidak selesai sampai disini. Kakak tetaplah kakak, sampai kapanpun. Ketika dia perlu bantuan, perlu tempat untuk cerita atau sekedar menutupkan tasnya, selama aku mampu akan aku perankan hal itu.

Dan yang paling membuatku sangat sangat dan sangat bersyukur adalah ketika dia mengabari kalau dia sudah diterima di sebuah universitas negeri yang di tuju dengan program studi yang diinginkan. Amin. Selamat ya FIAN,, Alhamdulillah. Silakan memanfaatkan waktunya denga baik. Sekarang sudah jadi mahasiswa saatnya menjadi lebih dewasa dan mandiri. Tetap santun dengan orang lain dan tegas dalam syariat.


Sedangkan adek sepupuku setelah beberapa kali daftar UNDIP, ITB dan OENSOED ga lolos akhirnya memutuskan untuk ke UII. Aku yakin allah memberikan ruang kedewasaan ditempat yang tepat untuk kami masing –masing. SIDIK berasal dari sekolah yang kupikir tidak main –main. Smakbo, sekolah menengah kimia bogor, tidak semua orang yang mendaftar berkesempatan mendapatkan peluang bersekolah ditempat itu. Kalian tahulah reputasi sekolah tersebut. Tidak lolos universitas negeri bukan berarti mati reputasi. Yakinlah UII adalah tempat yang tepat untuk SIDIK melanjutkan semangat dan karyanya. 

0 komentar:

Posting Komentar