Pengakuan II
LAKON KAKAK
Menjadi lakon yang mengaktingkan seorang tokoh nyatanya
bukan pekerjaan yang mudah. Penjiwaan adalah kemelekatan yang harus dimiliki
seorang tokoh terhadap peran yang dimainkan. Peran utama, peran antagonis,
tirtagonis peran pembantu semuanya penting dan saling terkait. Tidak boleh
merasa lebih apalagi rendah diri.
Setidaknya sebulan juga aku memerankan tugas sebagai lakon
kakak. Tidak perlu banyak referensi karena sesungguhnya aku sudah menjadi
kakak. Ini karena dua adikku akan melanjutkan sekolah selepas SMA. Satunya
sebetulnya sepupu. Meski begitu lengketnya bukan main. Mungkin karena adekku
anak laki –laki satu- satunya dirumah, jadi bisa sangat akrab. Musim libur
panjang adalah ajang untuk dunia mereka. Selesai UAN langsung ke jogja untuk
dicarikan les. Itu artinya siap antar jemput dalam waktu lumayan menyita.
Menjemput ke terminal. Nitipin ke tempat temen untuk
sementara waktu. Antar ke tempat les. Bawain makan. Ngantarin obat pas tiba –
tiba sakit. Sms mengingatkan udah ngerjain tugas belum. Dan tentu saja,
menanyakan hal krusial yaitu keuangan.Aku namakan itu sebagai "janji kakak".
Setelah selesai semuanya. Aku masih ingat hari terkhir aku
mengantarnya kembali pulang ke cilacap. Ada rasa kengen antar jemput, sibuk –
sibuk kesana kemari hanya buat sang adek. Jadi orang yang paling perhatian,
jadi yang pertama tahu kebutuhannya, jadi yang pertama tahu keluh kesahnya,
jadi orang yang siap menemani kemana pergi, jadi orang yang pertama ngajak
jalan – jalan dan cerita banyak hal. Dan jadi yang pertama tahu doi lagi suka
sama siapa. HA HA HA. Ini adalah infestigasi panjang yang cukup merepotkan,
hasilnya, sukses. Prok prok prok.
Ada semacam kedekatan yang kembali terikat kuat. Dibalik
kejahilannya yang kadang bikin kesel, dia juga memiliki sisi yang sangat
pengertian. Rela jalan dari halteke kos karena aku masih ngasisten dan ga bisa
ijin keluar. Tiba – tiba traktir kita pas makan bareng. Rela ngasihin HPnya ke sang kakak Telisik punya telisik karenaa dia emang udah dapet HP yang baru.
Yang ini coret dari peredarann. Srrett.
Peranku tidak selesai sampai disini. Kakak tetaplah kakak,
sampai kapanpun. Ketika dia perlu bantuan, perlu tempat untuk cerita atau
sekedar menutupkan tasnya, selama aku mampu akan aku perankan hal itu.
Dan yang paling membuatku sangat sangat dan sangat bersyukur
adalah ketika dia mengabari kalau dia sudah diterima di sebuah universitas
negeri yang di tuju dengan program studi yang diinginkan. Amin. Selamat ya
FIAN,, Alhamdulillah. Silakan memanfaatkan waktunya denga baik. Sekarang sudah
jadi mahasiswa saatnya menjadi lebih dewasa dan mandiri. Tetap santun dengan
orang lain dan tegas dalam syariat.
Sedangkan adek sepupuku setelah beberapa kali daftar UNDIP,
ITB dan OENSOED ga lolos akhirnya memutuskan untuk ke UII. Aku yakin allah
memberikan ruang kedewasaan ditempat yang tepat untuk kami masing –masing. SIDIK
berasal dari sekolah yang kupikir tidak main –main. Smakbo, sekolah menengah
kimia bogor, tidak semua orang yang mendaftar berkesempatan mendapatkan peluang
bersekolah ditempat itu. Kalian tahulah reputasi sekolah tersebut. Tidak lolos
universitas negeri bukan berarti mati reputasi. Yakinlah UII adalah tempat yang
tepat untuk SIDIK melanjutkan semangat dan karyanya.

0 komentar:
Posting Komentar