Terakhir Ramadhan

Senin, 11 Agustus 2014
Sudah sekitar dua minggu bahkan mungkin jauh lebih lama dari hitungan itu, saya habiskan untuk menikmati masa libur panjang, dalam rangka ramadhan. Setiap 14 hari terakhir ramadhan adalah moment paling free dari hari – hari yang aku miliki. Tanggal – tanggal itu banyak terpakai untuk me time. Alias baca buku semauku, pergi kemanapun semauku, menyendiri ke seatu tempat semauku dan berbagi kasih bersama orang – orang tercinta semauku pula.

Selalu ada rasa berbeda disetiap ramadhan, begitu pula ramadhan kali ini. Berjuta syukur aku panjatkan untuk kesekian kali berkesempatan bertemu dengan bulan maghfirohNya. Juga ramadhan – ramadhan selanjutnya.

Menunggu,  Sakit

20 juni, sembilan hari sebelum 1 syawal. Aku jatuh sakit dan harus diopname. Seingatku, ini ramadhan kali pertama aku harus terbaring diruang perawatan berserta selang yang mengular ditangan, terpaksa aku harus terkena jarum infuse karena sedikitnya asupan yang bisa aku telan. Aku positif typus, dari hasil cek darah di laboratorium terbaca begitu. Dua hari sebelum sampai dirumah sakit, aku panas tinggi, mual, pusing dan lemasnya bukan main.

Waktu itu aku tidak berada di kos tempatku tinggal. Aku habis nganter motor ke tempat teman hampir dilereng gunung merapi, wukir sari, cangkringan. Jadilah semua perawatan ditanggung keluarga Yunis, ada rasa ga enak sebetulnya, mereka merawatku seperti aku bagian dari keluarga itu, Ibunya membuatkan aku air panas yang dimasukan kedalam botol lalu digulung – gulungkannya ditelapak kaki dan perut. Kemudian dipijitnya kakiku. Saat itu aku langsung teringat ummi, perempuan tegar yang selalu memberikan yang terbaik untuk ketiga anaknya.

Hari berikutnya aku paksa minum untuk sedikit meredakan panasnya, meski panasku ga kunjung turun, aku makin mual - mual. Sore hari saat senja memenuhi langit, aku sampai dirumah sakit. 4 hari aku disana, menjadi pasien yang pesakitan.  

Selalu rencaNya lah yang paling indah. Ada tujuan tersirat yang kita harus pandai – pandai membaca. Selama dikarantina – untuk tidak menyebutkan kata rumah sakit, rasanya terdengar sebuah tempat yang penuh dengan kesakitan. Jadi aku pakai implikasinya saja -. Hingga sekarang masih paranoid dengan rumah sakit dan typus. Makin menajaga asupan makanan, tempat beli makan dan komposisi yang dimakan. Jadi maaf yang mau ngajak saya makan, saya masih pilih – pilih makanan.

Tersisa lima hari menjelang ramadhan ketika akhirnya aku bisa keluar dari rumah sakit. 14 hari ramadhanku benar – benar moment paling free, full me time dari hari – hari yang aku miliki. Tetap baca buku semauku, tetap berbagi kasih bersama orang – orang tercinta semauku, bedanya aku tidak kemana – kemana, justru mereka yang mendatangiku. Duhh malunya, tapi tambah bahagia.

Mengeja kembali

Ah, lama sekali aku tidak menulis. Seperti belajar mengeja kembali. Tentu sulit, namun tetap bisa dilakukan. Memulai dari darimana saja masih menerka – nerka, jadi kebanyakan kalimatnya masih banyak berloncatan. Saya harus mengapus, menulis kembali, menghapusnya lagi, diketik lagi. Itu satu hal yang tidak boleh dilakukan dalam membuat kalimat, sebenarnya. Hanya saja, rasanya ingin cepat sampai dititik ini itu. Kalau banyak menemukan kosakata yang berlarian, itu karena saya sedang belajar mengeja.

Sebelum hari ini, 14 hari menjelang ramadhan bulan lalu. Aku sudah mempersiapkan untuk 10 hari terakhir ramadhan. menyendiri dimasjid, menikmati masa – masa khusyu besenadung dengan al quran. Mengikuti kajian bersama pak kyai, dan bikin kue lebaran.

Kau lihat kan, saya benar – benar sedang belajar mengeja lagi. Di awal paragraph menyebut diriku dengan saya, di paragraph kedua menyebut dengan aku.


Rencana tetap berjalan, tidak dirumah Allah, namun tetap menyenangkan. Saya sebut ini sebagai planning terbaik.

0 komentar:

Posting Komentar