menjadi Anak Mamak

Jumat, 10 Mei 2013

Menjadi anak mamak berarti memilih sikap setegar karang. Menjadi anak mamak berarti ketegasan dan tak tunduk pada keadaan. Setahuku, tak pernah aku lihat mamak mengeluh atau sekedar berkata capek. Ah, mungkin memang tidak ada lagi waktu untuk mengeluh. Sebagaimanapun keadaan kami.

Kejadiannya berawal semenjak mamak kenal dengan bang Idam. Bang idam menawari mamak untuk menjadi salah satu investor diproyek pembangunan sebuah resident di Sumatra. Mamak adalah seorang pembisnis. Meski tidak besar. Sejak saat itu bang Idam dan istrinya sering bertamu ke rumah. Paling tidak dua kali dalam seminggu. Menjelaskan bagaimana proyek itu dijalankan. Perangainya baik, ramah, dan sering sekali membri hadiayah buat kami. Tiga hari sebelum lebaran bang Idam mengirimkan parcel kerumah kami. Aku tidak terlalu dekat, karena waktu itu aku sekolah Sma di luar kota. Aku dengar dari cerita adeku Pipit.
Aku baru kenal setelah liburan lebaran. katanya, keuntungannya akan dibagikan sesuai hukum syariah. Pekerjaan selama kurang lebih satu tahun. Aku dengar sepotong – potong, saat aku keluar membawakan Teh ke ruang tamu. Tapi aku pastikan, garis besar pembicaraan mereka adalah tetang dana investor tersebut. Jelas benar  wajah mamak menunjukan kesediaannya. Semangat sekali mamak menceritakan proyek residen ini waktu aku pulang. Kata mamak, investasi ini akan jadi tabungan untuk sekolah pipit dan tabungan haji. Aku ikut senang dan jelas senang sekali.

Tiga bulan berlalu. Aku dapat kabar mengejutkan dari pipit. Siapa sangka,  Bang Idam, teman sekolah mamak. Orang yang disangka baik, yang  member tawaran begitu manis tetang  proyek resident. Yang membuat mamak merevisi semua planning nya. Tega menipu mamak. Ibu sekaligus ayah untuk kami, kedua anaknya. Membohongi ibu yang teramat kami cintai. Mamak tidak pernah menceritakan apapun semenjak saat itu. Hanya sesekali kerut di dahinya mengeryit terlalu dalam.

Kepulanganku setelah lebaran kemarin, aku langsung memeluk mamak. aku rasakan pipiku mulai menghangat. Tak berani aku melihat wajah mamak. kemudian mamak meraih pundakku dan berkata. Semuanya baik – baik saja. Selesaikan yang menjadi kewajiban mu. Jangan risaukan. Akan ada banyak cahaya diatas cahaya.

aku pulang sabtu dan ahad aku harus kembali lagi. Karena senin aku sudah harus kembali sekolah. sebelum aku kembali. Aku genggam tangan mamak. rasanya tak akan pernah aku lepaskan. Aku ingin ada disamping mamak saat ini. Aku tahan agar jangan sampai air mataku tumpah. Bus yang kutumpangi mulai menderu, berpacu dengan asap jalanan. Membawaku kembali ke kota.

Aku tahu. Alalh tidak pernah lalai dengan hambanya. Akan ada banyak cara bagi allah untuk mencintai hambanya dengan caraNya. Menjadi anak mamak adalah karunia terindah bagi kami. Menjadi anak mamak menjadikan aku belajar tetang apa itu makna iklas, apa itu tegar dan bekerja keras. Aku selalu merasakan lembutnya kasihmu mamak.

Aku tahu akan ada banyak cahaya di atas cahaya. Ya allah, lindungilah mamak dimanapun ia berada. Kuatkan pundaknya untuk memikul amanahMu. Tegapkan langkahnya dengan ridho Mu.  Allahuma fighri waliwali daiya warhamuma kamma rabbayani shaghira.


fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi fiksi

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Bakat jadi penulis dan pendongeng mbak...he

Posting Komentar