Apa cita - cita mu??

Rabu, 29 Mei 2013

Semenjak TK kita diajarkan untuk melihat cita-cita. Begini biasanya guru akan menanyai muridnya.
Adek pengen jadi apa kalau besar nanti? Dengan sangat antusias Bella akan menjawab, jadi dokter bu guru. Beda lagi dengan Aga, pengen jadi pilot. Kalau Dani, pengen jadi presiden bu guru. Sasa, pengen jadi astronottt. Fian, jadi polisi yang baik bu guru. Gara – gara ditanya cita – cita gaduh seluruh kelas.

Beranjak SD, pertanyaan yang sama dilontarkan guru mereka. Apa cita – cita kalian anak – anak? Aku mau jadi pilot, biar bisa antar mama ke pasar #lha, antar mama pake pesawat?? Namanya anak kelas 2 SD korban lagu josua. Aku mau jadi koki. Kalau aku mau jadi suster. Naik ke kelas 6, sudah beda lagi cita-citanya. Sudah mulai banyak pelajaran yang diserap, dan pelajaran kepribadian ga ada. Cita-cita mulai koleps. Tapi masih mending. Bisa menyebutkan mau jadi apa. Saya mau jadi guru bahasa inggris. Saya jadi pengusaha yang sukses.


Tingkat SMP, ditanya lagi. Makin turun aja cita-cita mereka. Yang jadi pilot, president, astronot hilang semua. Aku,, aku jadi sarjana. Nah lho, sarjana apa? apa aja deh. Yang penting sarjana. Kalau Aku,, makin lama mikirnya. Jadi orang yang sukses. Sambil matanyalirik kanan kiri, labil. Makin ga tahu siapa dirinya. 

Mau lulus SMA, pertanyaan yang sama dilontarkan oleng sang guru. Pertanyaan itu jadi serasa sangat berat. Sudah mikirin nilai semesteran, Ujian Nasional. Les inilah itu lah. Orang tua pengen ini itu. Mau melanjutakan kuliah atau bekerja saja. Buyar semua cita – cita. Makin kehilangan jati diri. Makin absurd aja kalau ditanya cita –cita, malah saling sikut teman sebelah. Emm,,, emmm,, jadi apa ya? Jadi orang yang berguna aja bu. Terakhir saya baca dibuku kenangan SMA, salah satu murid menliskan cita -citanya begini, jadi orang yang sukses dunia akhirat. Saya sampai ga habis pikir. 

Rasa – rasanya adek – adek kita kelihangan pegangan. Atau mugkin jusru kita salah satunya. Atau hapus saja itu Ujian Nasional? Lho. Bikin nambah beban siswa. Apa hubungan cita – cita sama UAN? UAN juga kan bisa dipakai untuk pemerataan taraf pendidikan? Jadi kita tahu, daerah mana saja yang masih perlu support pendidikan. Intelegensi manusia kan beda –beda? EQ, hanya salah satunya. Bahasanya multiple intelegent. Apa siswa hanya dijadikan ajang uji coba saja? Atau parahnya proyek pendidikan? Dampak ujian nasional dari tahun –ketahun juga tidak semakin membaik saya kira? , firlandia, Negara paling maju tingkat pendidikannya  justru malah tidak menerapkan UAN untuk siswa.

Baik, baik. kebali ke topic. Siswa kita harus memiliki karakter. Siapa yang bisa membentuk karakter mereka? Guru, orang tua, teman, lingkungan, kakak dan diri sendiri. Artinya kita semua berperan. Kemana dinas pendidikan, menteri pendidikan, pemuda dan olah raga? Ya iya, mereka juga berperan. Sudah saya bilang, kita semua berperan.


Kalau aku ditanya cita – cita. Apa cita – cita mu??? #nah lho



0 komentar:

Posting Komentar