Penggerogotan Bangsa Melalui Bhs Alay

Sabtu, 23 Maret 2013

Tulisan ini aku buat bulan Oktober 2012 Lalu.
gambar diambil dari http://yunisarifah.wordpress.com/2013/02/01/transaksi-macam-apa-ini/

Perbicangan selasa pada oktober lalu disalah satu talk show stasiun TV swasta "Apa Kabar Indonesia" menghadirkan pakar perbahasaan dari UI dan artis sekaligus presenter Fitri Tropika. Pembahasan kali itu mengenai “penggerogotan bangsa memalui bahsa alay”. So pasti, sobat muda tahu kan bahasa alay plus lebay yang sekarang lagi ngetren banget di kalangan anak ABG.

Begini misalnya. “cemungud KK, cambut pagi dengan celia belsama kita-kita dicini” ya begitulah
sekelumit contoh bahasa tren sekarang yang dicontohkan Fitri selagi pembukaan dengan gaya khasnya. Menurut bapak pakar UI. Sebetulnya kalimat tersebut tidak membahayakan bangsa secara signifikan. Karena penggunaan bahasa ABG hanya dipakai dalam konteks komunikasi sehari-hari, antar sesama dan tidak digunakan dalam kelas, kegiatan formal atau dalam perkuliahan. “semisal dalam membuatan jurnal makalah juga harus memakai bahasa yang sesuai dengan kaidah EYD, jd secara fungsional tidak mengganggu bahasa Indonesia apalagi melunturkan bahasa itu sendiri” tambah bapak UI.

Sesungguhnya penggunaan bahasa - bahasa gaul yang semacam itu sudah ada semenjak era 90an. Pada masa itu bahasa yang dipakai menggunakan sisipan disetiap kalimat. Missal ka fe - mu fe - ma fe - u fe - ke fe - ma fe - na fe = kamu mau kemana. Lain lagi setelah era 2000an bahasa yang dipakai menonjolakan huruf B dan D. missal, eloohh itu ga banged. Dengan penekanan pada D dan B yang kuat. Atau penggunaan gueh, eloh bokap nyokap. Seiring dengan berkembanganya waktu penggunaan  bahasa akan senantiasa mengalami perkembangan dan kreatifitas yang berbeda pula.

Secara strata pemakaian juga hanya digunakan di kalangan-kalangan tertentu saja. Jenjang usia yang sering memakai bahasa gaul tersebut biasanya remaja antara rentang usia 13 sapai 20an tahun. Untuk kalangan dewasa biasanya tidak lagi menggunakan bahasa tersebut. Jadi, memang kalau untuk dibilang mengancam nilai bahasa Indonesia sendiri tidak akan sampai menggeser kedudukan bahasa resmi Indonesia. Apalagi sampai dengan masuk ke dalam kamus bahasa Indonesia. “itu mustahil” tutur bapak bahasa UI.

Namun, 8 dari 10 sampel acak menunjukan remaja sekarang lebih suka menggunakan bahasa gaul ketimbang bahasa resmi. “ceiusss miapah, begitu lebih enak dan lebih bersahabat” begitu tukas salah seorang remaja SMA yang disurvei. Alasan lainnya menyebutkan lebih gaul ga ketinggalan jaman. Hingga saat ini bahkan ada kelomok yang sengaja membuat semacam buku saku yang isinya kata-kata alay.

Dengan renyah Fitri juga mempraktekan. Kalau pake bahasa alay yang mau tawuran bakalan ga jadi pasalanya. Coba aja lihat dari cara ngajaknya aja “ayo ciapa- ciapa cini yang belani lawan akyu ” nah loh. Kl gitu ceritanya kan ya gimana gitu mau mulai tawuran.

Hanya saja penggunaan bahasa tersebut juga akan mengikis pehaman terhadap nilai bahsa yang baik dan benar. Tetap menjaga kaedah bahasa yang benar dalam penggunaan keseharian akan lebih memperkaya nilai bangsa. Semoga kreatifitas remaja ABG yang sedang mencari jati diri dapat tersalurkan dengan baik. Jadi energy yang ada juga disalurkan sesuai tempat nya. Karakter tawuran, ego sentries kelompok, rasisme seyogyanya tidak ada dalam pikiran kader bangsa yang sejatinya akan meneruskan tonggak keberlangsungan Indonesia. Wallahua'lam bisawab

0 komentar:

Posting Komentar