DERAS DIUJUNG JALAN
Memulai dengan rona yang tak lagi lara, terjebak dalam kemelaratan nalar manusia. Hujan mulai deras di ujung jalan, mulai memebasahi atap gersang, berharap hujan bisa mensirnakan lara yang mulai purna. Sembab dimata tak ada artinya jika masih tetap sama. Aku dalam ujung kebimbangan. Menentukan dua pilihan yang seharusnya mudah kuputuskan.
Kilas balik cerita lama membentuk luka. Aku mengerti apa artinya, namun kata tak cukup kuat untuk dilontarkan, dituliskan. Laksana terdakwa, hakim telah menemukan bukti. Aku terpojokan, lebih karena
aku harus segera mengiakan pilihan.
Ku pejamkan mata, sejenak berharap menemukan secercah cahaya kehidupan. Tuhan, lama aku tak mengucap asma-Mu dalam kalbu, namun nikmatmu mengalir tak henti. Tuhan, lama tak kubentangkan sajadah dalam malam-malam sujud panjangku, namun tak Kau putusa jalan ku menghadapMu. Tuhan, aku malu pada langit, bintang-gemintang, pada pohon, Gunung, Laut, aku malu pada diriku sendiri. Bahkan aku malu pada ucapanku sendiri.
Rona kebaikan yang ku gemborkan pada tiap insan yang lewat. Bgitu indah dan menyenangkan. Aku malu pada ucapanku sendiri. Tuhan Engkaulah tempa singgah terindah.
***
Bunyi kring telephon genggam membuyarkan lamunanku. Segera saja kubuka. “ukhti, terimakasih nasihatnya. Meski sempat tak yakin, namun benar kt ukthi. Allah lah tempat cinta hakiki. Meski berat, tp manis dirasa pada akhirnya. Dibanding cinta semu pada hal yang banyak menimbulkan madhorot dan maksiat” cuplikan sms terakhir yang ku tahu itu diambil dari kutipan novel ayat-ayat cinta yang makin menyayat hati “aku mencintaimu, seperti matahari mencintai titah tuhannya”. Aku menarik napas panjang. Tersenyum getir membaca sms yang barusan masuk.
Kembali kurasakan ada aliran hangat melawati pipi. Aku lelah Tuhan. Tertambah malu diri ini. Barisan sms tadi membuatku kelu. Akan ku jawab sekarang. Teka teki tak lagi menjadi misteri. Pilihanku telah bulat. Aku yikin inilah titah Tuhan.
***
“Selagi langt blm berubh, jk jln terlarang meyatakan tidk dn jln terang trbuka lebar, slagi jw ini msih dlm raga. Jk hati mash puny rs. Pint 5f msh trbka lbar”
dengan ini akan kumulai semuanya dengan lembaran diriku yang baru, segera saja ku lanjutkan.
Ingatanku melayang pada saudariku yang msh berjuangkan kemerdekaan, aku ingat pada kebijakan yg masih jauh dari keadilan, pada anak-anak yang ditinggal ibunya karena tidak diinginkan atau atas nama kemiskinan tega menggadaikanya dengan segelintir uang. Anak-anak jalanann yang seharusnya dilindungi oleh negara. Pada bapak yang msh memeras keringat dimasa ketika beliau seharusnya menikmati hari tuanya. Begitu banyak pekerjaan yang bisa ku lakukan.
Aku tertunduk lemas, hanya menahan nafsu saja kalah. Aku sudahi gelap ini. Kelam dan nestapa ini. Aku ingin jujur pada diriku sendiri. Pada insan yang barusan mengirimi ku sms dan yang lainnya.
“sudahlah. Cinta kita nafsu. Aku tahu dan kau tahu.”
Kukirim sms in dengan kemantpan hati yang tak terperi. Sending massage.
Bruk,.,. aku terjatuh dari tempat tidurku. Ku dapati mataku sembab. Jam dinding menujukan pukul tiga lewat sepuluh menit. Segera ku ambil wudhlu. Lama aku merindukan rasa ini.,.,.,
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar