Seperti kaki elang yang mencengkeram lebih kuat. Seperti detak tanjung yang berdegub lebih kecang. Seperti mata yang melihat lebih tajam jauh kedepan. Mengencangkan ikat kepala, kembali menyalakan api gelora untuk menggemgam dunia dengan menulis.
Adegan 1, Selamat pagi? Apa kabar hari ini.. aku memualai
kembali ingin menulis. Bismillah.. banyak yang mengkisahkan kesuksesan seorang
dengan tulisannya, meski dengan kekurangan yang dimiliki. Sebut saja tokoh
kawakan Gola Gong, salah satu sastrawan terbaik yang dimiliki Indonesia dengan
cacat fisik yang dimiliki karena saat ini beliau hanya memiliki sebelah tangan.
Pipiet Senja yang masih harus cuci darah tiap minggu karena penyakit Thalasemia
yang dideritanya. Sastrakuntowijayo. Dengan
begitu nbnyak karya bahkan ditengan kekurangan fisik yang dideritanya. Bukankah
harusnya malu kalau hanya sekedar niat tanpa eksekusi nyata. Ok guys,,, so just
do it. Ini cuma butuh sebuah keistiqomahan saja.
Ingat aktifitas bernama kuliah? Sebagai mahasiswa, aktifitas
kuliah, masuk kelas, dan mendengarkan dosen untuk sebagain orang menjadi agenda
nomer wahid. Untuk sebagain orang yang lain, yang penting ngumpulin tugas,
ujian beres. Ada juga yang menganggap kuliah ga penting. Apapun pilihan anda
semua memiliki
konsekwensi masing-masing. Disini aku akan bercerita tentang 2
orang anak semester 6 bernama cenur dan sukarin. Dua sejoli yang sudah bersohib
sejak awal perkuliahan. Bukan mereka kalau ga konyol, aneh – aneh, buat
kontroversi. Dibalik seabreg kekacauan yang sering mereka buat tapi tetep
mereka cinta damai dan aktifis yang tetep memikirkan kader (insyallah).
Malam menjelang pukul setengah sebelas. Sukarin masih ada
dikamar ku. Kami berdua masih focus dengan kerjaan masing masing. sampai
akhirnya sukarin bilang <aku belum menu kaliamat yang pas untuk
menggambarkan kalau sukarin mw cerita ke aku>.
“mb, kmaren aku keluar kelas”
“lha emang knapa” aku masih dalam posisi menghadap laptop.
“aku dah jenuh mb dikelas, siang – siang, panas dan aku
belum makan. Dan pas aku tanya cenur. Cenur – cenur, keluar yuk. Laper nih” sambil
mempraktikan kejadian waktu itu. “trus cenur bilang, iya nih aku juga belum
makan. Ya udah kita keluar ya, kataku mb ke cenur. Aku maju ke depan”
“maaf pak saya mw ijin keluar. Kata bapaknya, ada apa? Aku bilang,
mw ada rapat poros pak. Ya, kata bapaknya”. “lucunya nih ya mb, waktu di luar,
aku tanya ke cenur. Cenur-cenur, kamu bilang apa ke bapaknya tadi? Kata ku. Cenur
bilang mw ijin keluar. Kita berdua ketawa ga abis- abis.”
“ tahu ga mb keluarnya kita kmane? Kita itu ke kanting
belakang kampus. Tapi bener ko mba, aku kan emang ada rapat poros sore itu dan keluar
beneran” hahaha ceritanya yang sukses keluar kelas.
“hadehhhh, dua kurcaci ini” kataku ikut ketawa malam itu.
0 komentar:
Posting Komentar