sukarin Cenur

Kamis, 21 Maret 2013

Seperti kaki elang yang mencengkeram lebih kuat. Seperti detak tanjung yang berdegub lebih kecang. Seperti mata yang melihat lebih tajam jauh kedepan. Mengencangkan ikat kepala, kembali menyalakan api gelora untuk menggemgam dunia dengan menulis.
Adegan 1, Selamat pagi? Apa kabar hari ini.. aku memualai kembali ingin menulis. Bismillah.. banyak yang mengkisahkan kesuksesan seorang dengan tulisannya, meski dengan kekurangan yang dimiliki. Sebut saja tokoh kawakan Gola Gong, salah satu sastrawan terbaik yang dimiliki Indonesia dengan cacat fisik yang dimiliki karena saat ini beliau hanya memiliki sebelah tangan. Pipiet Senja yang masih harus cuci darah tiap minggu karena penyakit Thalasemia yang dideritanya.  Sastrakuntowijayo. Dengan begitu nbnyak karya bahkan ditengan kekurangan fisik yang dideritanya. Bukankah harusnya malu kalau hanya sekedar niat tanpa eksekusi nyata. Ok guys,,, so just do it. Ini cuma butuh sebuah keistiqomahan saja. 

Adegan 2,
Ingat aktifitas bernama kuliah? Sebagai mahasiswa, aktifitas kuliah, masuk kelas, dan mendengarkan dosen untuk sebagain orang menjadi agenda nomer wahid. Untuk sebagain orang yang lain, yang penting ngumpulin tugas, ujian beres. Ada juga yang menganggap kuliah ga penting. Apapun pilihan anda semua memiliki
konsekwensi masing-masing. Disini aku akan bercerita tentang 2 orang anak semester 6 bernama cenur dan sukarin. Dua sejoli yang sudah bersohib sejak awal perkuliahan. Bukan mereka kalau ga konyol, aneh – aneh, buat kontroversi. Dibalik seabreg kekacauan yang sering mereka buat tapi tetep mereka cinta damai dan aktifis yang tetep memikirkan kader (insyallah).

Malam menjelang pukul setengah sebelas. Sukarin masih ada dikamar ku. Kami berdua masih focus dengan kerjaan masing masing. sampai akhirnya sukarin bilang <aku belum menu kaliamat yang pas untuk menggambarkan kalau sukarin mw cerita ke aku>.

“mb, kmaren aku keluar kelas”

“lha emang knapa” aku masih dalam posisi menghadap laptop.

“aku dah jenuh mb dikelas, siang – siang, panas dan aku belum makan. Dan pas aku tanya cenur. Cenur – cenur, keluar yuk. Laper nih” sambil mempraktikan kejadian waktu itu. “trus cenur bilang, iya nih aku juga belum makan. Ya udah kita keluar ya, kataku mb ke cenur. Aku maju ke depan”

“maaf pak saya mw ijin keluar. Kata bapaknya, ada apa? Aku bilang, mw ada rapat poros pak. Ya, kata bapaknya”. “lucunya nih ya mb, waktu di luar, aku tanya ke cenur. Cenur-cenur, kamu bilang apa ke bapaknya tadi? Kata ku. Cenur bilang mw ijin keluar. Kita berdua ketawa ga abis- abis.”

“ tahu ga mb keluarnya kita kmane? Kita itu ke kanting belakang kampus. Tapi bener ko mba, aku kan emang ada rapat poros sore itu dan keluar beneran” hahaha ceritanya yang sukses keluar kelas.

“hadehhhh, dua kurcaci ini” kataku ikut ketawa malam itu.  


0 komentar:

Posting Komentar